Selasa, 05 November 2013

Every Moment has End

Bila ada pertanyaan tentang seberapa indahnya hidup, mungkin aku adalah orang terakhir yang bisa menjawabnya. Aku tak dapat mengatakan hidup itu indah ketika terjadi saat-saat jatuh yang tak bisa kubilang menyenangkan.
Kehidupan itu tak pernah sempurna, ada jurang-jurang kecil dimana kita bisa terperosok ke dalamnya. Kita juga tak dapat menilai kebahagiaan seseorang dari tampak luarnya dan gaya hidupnya. Kemewahan bukan ukuran dari sebuah kebahagiaan. Seperti yang sering kukatakan bahwa ukuran sebuah kebahagiaan sesungguhnya adalah seberapa besar kita menerima dan mensyukuri apa yang kita punya.
Sebut saja ketika kita mengalami hal-hal buruk dalam kehidupan. Pertengkaran misalnya. Hal itu tak berlangsung sepanjang kehidupan bukan? Ada saatnya sebuah amarah akan surut dan digantikan dengan penyesalan. yang harus dilakukan hanyalah mengambil hikmah dari setiap peristiwa kemudian mengusahakan agar ketika hal serupa terjadi lagi, kita mampu mengontrol diri kita sehingga yang akan terjadi tak kan seburuk sebelumnya.
Tentu saja semua hal itu dimulai dari diri sendiri.
Aku pernah menonton siaran di salah satu TV kabel. Ketika itu membahas tentang kehidupan dan cara mengontrolnya.
Sebaiknya kita mencatat dan membuat grafik perasaan dan keadaan hari per hari.
Ketika kita teliti, jumlah hari yang buruk tentunya tak sebanyak hari-hari baik. Katakan saja dalam 14 hari ada 2 hari yang buruk. Kelemahan manusia adalah selalu mengingat dua hari buruk tersebuut dan melupakan hari-hari baiknya.
jadi dengan catatan yang kita buat, semacam buku harian bisa saja, kita akan mengingat dan tau bahwa hari buruk itu tak terjadi sepanjang minggu.Ya, sesederhana itu, setiap kejadian pasti memiliki akhir.
Hari yang baik bisa berganti menjadi hari yang buruk, namun hari buruk itu akan berlalu seiring waktu, bergantikan dengan hari yang baik lagi. Begitu seterusnya, moment hidup yang terkadang monoton, tanpa kita menyadarinya. Because every moment has end. Semua hal memiliki akhir.