Rabu, 21 Oktober 2015

Hai, si wanita kelana

Bukan mudah memaparkan senyum ketika hati mulai terluka. Aku dan senja merah yang mengantarmu pulang sore itu kian memudar. Berganti malam-malam panjang dengan penantian yang menyertainya.
Belum mengerti apa yang ada di dalam kepalamu saat kau sunggingkan senyum itu. Belum siapkah? Atau memang tidak cintakah?
Aku memang tak pandai mengenal wanita. Terutama wanita seperti dirimu, dengan senyum yang selalu menghiasi wajahmu saat berbincang denganku.
Katakan berapa kurangnya aku sehingga akan kutambah hingga cukup.
Katakan harus apa aku sehingga akan kulakukan hingga kau percaya.
Percaya jika aku memang pantas.
Percaya jika aku memang bisa.
Bisa bersamamu..
Namun memang dunia kelana itu inginmu, biarlah aku menjadi persinggahanmu.
Agar tiada pernah ada sepi hidupmu :)