Kamis, 10 Juli 2014

Cerita Sendu Si Gadis Perindu



Menatap sendunya senja sore itu dengan secangkir teh buatan ibuku dan lagu yang bersenandung merdu. Aku menyingkap gorden beludru ungu yang berada dihadapanku, melahap sore itu dengan penuh takjub. Tak pernah kuduga aku akan merasa seberuntung ini. Bunga-bunga di ujung meja sana sudah tampak mengering, lupa aku suruh perawat kemarin membuangnya.

Aku menggerakkan kursi rodaku beberapa senti ke depan dan kurasakan semakin ringan dengan bantuanmu. Ah, beruntung benar rasanya memiliki seorang ibu, yang selalu mengerti kekuranganku dan aku tahu kebanyakan ibu memang begitu. Mereka terlalu cemas dengan anak-anaknya.
Tak pernah kubayangkan ada hal yang begitu cepat perubahannya.  Sejak pria berjas putih yang kusebut dokter itu mendiagnosisku mengidap penyakit radang sendi. Dan orang ini membelikanku kursi roda, agar aku tetap dapat tetap mandiri katanya. Selebihnya aku sangat mengerti bahwa ia tak ingin aku merasa bahwa aku sedang sakit.

Kemarin ibuku membawaku ke salon dekat dengan rumah sakit dan memotong pendek rambutku. Sebelumnya ia bersikeras kalau rambutku harus panjang karena terlihat cantik katanya. Cantik itu dari hati, aku selalu bersikeras begitu. Terkadang aku sedih melihat ibuku yang termenung sendiri. Ia memikirkanku, aku tahu itu. Seorang gadis 25 tahun yang harus membuang cita-citanya sementara atau bahkan selamanya, karena tak dapat melakukan aktivitas seperti orang kebanyakan. Sedikit saja aktivitas berat membuat lututku berdenyut-denyut dan membengkak kemudian. Begitu seterusnya. Jadi aku selalu berusaha melakukan aktivitas dengan tingkat lelah seminimal mungkin.

Sampai akhirnya aku berada pada titik yang hanya menghabiskan waktu tanpa membuat memori yang baru…

Kata dokter besok aku sudah boleh pulang, perawatan di rumah sakit tak kan banyak membantu karena tidak ada obat untuk penyakitku. Dokter bilang aku harus berdiet dan mengurangi beberapa kilogram bobot tubuhku. Terdengar sepele, hanya berdiet. Tapi bayangkan saja berdiet tapi kau tak boleh melakukan aktivitas berat. Olahraga pun tak disarankan karena akan memperparah keadaan lututku. Tapi paling tidak aku akan pulang kerumah. Pergi dari suasana rumah sakit yang selalu membuatku merasa kesepian.

Aku rindu rumah…

Aku rindu kepulan asap rokok ayahku dan aroma kopinya tiap pagi

Aku rindu omelan ibuku bila aku tak menghabiskan sarapanku

Aku, aku juga rindu kamu…



note : Teruntuk seorang teman yang selalu menginspirasi saya, tersenyumlah kawan, hidup ini akan selalu indah...

2 komentar:

ayu wahyundari mengatakan...

this is too sad!
semoga siapapun si gadis itu, bisa kembali seperti semula dan selalu kuat menjalani hidupnya ya :)

Anonim mengatakan...

Forget CoC gems hacks. Better visit http://clanshelper.com/ and its great! You receive your CoC gems instantly!!! Visit and enjoy! (C2D4dE6mf7)