Rabu, 07 Januari 2015

Hadiah pagi yang tak selalu manis

Sebuah pagi tidak selalu dihadiahkan dengan cara yang manis.
Seperti pagi itu, yang sedikit pahit.
aku anggap ini hanyalah sebuah warna hitam yang akan kuhapus dengan warna lainnya.
Jadi seperti mimpi yang menjadi kenyataan, aku menikmati kopi pagiku bersama para sahabat.
Pinggiran pantai dengan pohon peneduh yang menjadi langit pagi itu.
kubiarkan pikirku menerawang lauh, kubiarkan ia bebas berlari.
Mengejar mimpi-mimpi yang nampak di ujung ombak yang menerpa pembatas pantai.
Surga mungkin jauh lebih indah.
Tapi cukup kubiarkan anggapan bahwa ini adalah suatu mimpi yang Ia wujudkan.
Tuhan itu tak pernah tidur. Dan aku yakin Ia akan selalu menyayangiku. ..

Tunggu Aku

Apa yang pernah kurencanakan dalam hidup ini? sepertinya aku terlalu banyak berencana.
Namun rasanya aku hanya berdiam memikirkan rencana-rencana yang berlarian dalam kepalaku. Dan cahaya terang di luar sana terus mengusikku.
Ingin sekali saja aku menyebut namamu tapi aku tak bisa.
Aku masih takut menghadapi diriku yang belum mampu melupakanmu.
Pernah sekali aku memimpikanmu, mungkin karena terlalu rindu.
Bahkan bunga kaktus yang kau kau tinggalkan kini kering sudah.
Aku selalu lupa menyiramnya. Aku juga selalu lupa membersihkan gitar kesayanganmu.
Banyak sekali hal-hal yang tak kukerjakan.
Terkadang aku tak tau apa yang kukerjakan seharian karena semua pekerjaanku terbengkalai.
Mungkin aku patah hati.
Aku hanya merindukanmu.
Itu saja.
Lampu peringatan ponselku terus berkedip. Entah berapa pesan yang menunggu untuk dibaca.
Pikirku itu pasti dari teman-teman dan kerabat yang menanyakan kabarku.
Aku bosan sekali, mereka pikir aku kesepian...
Tentu saja aku baik-baik saja.
Sejauh ini aku masih bisa menatap fotomu di bingkai ujung sana.
Masih menggunakan piyama tua kesukaanmu dengan bau keringat yang kau tinggalkan.
Kau masih di sini kan, sayang?
Menatapku entah dari sudut mana.
Dan itu menyedihkan karena aku bahkan tak tau kau ada.
Kau hanya pergi terlalu cepat tanpa menungguku sebentar saja.
Tidakkah kau merasa bersalah pergi tanpa ucapan perpisahan?
Tunggu,
tunggulah aku sebentar lagi. Kita pasti bersama.