Kamis, 19 Januari 2012

A Secret Admirer

     
      Tak yakin ekspresi apa yang sedang ia tunjukkan. Ia awalnya terlihat antusias. Aku sangat yakin sempat melihatnya walau hanya sepersekian detik. Ia melangkah perlahan memasuki barisan buku-buku yang terpajang di outlet kami. Aku sempat melihat ia menggigit bibir bawahnya sebentar, mencoba tersenyum sambil merapikan poninya. Yakin sekali ia mencoba berada di deretan buku yang tak terlihat olehku. Selalu mengalihkan pandangan ketika aku menatapnya.
      Aku masih ingat bagaimana sikapnya saat pertama kali datang kemari. Ia cukup antusias, bahkan kami sempat membicarakan buku-buka laris keluaran terbaru. Aku baru tau namanya Ayu setelah aku menginput namanya menjadi member toko buku kami. Ia gadis yang cukup ramah. Aku suka caranya berkawan, ia supel, cepat akrab dengan orang di sekitarnya. Memang belakangan ini aku sedikit mengharapkan kedatangannya lagi. Mungkin lebih dari sedikit, aku memang selalu berharap ia datang lagi.
       "  Ini, mas " ia meletakkan beberapa buku yang telah dipilihnya. Iya, ia si Ayu tadi.
       " Tumben kesini lagi " jawabku, berharap suaraku tak terdengar seperti rayuan.
       " Iya, mumpung lewat, mas " ia nyengir. Yaampun, aku pertama kali melihatnya begitu dan aku suka.
       " Yang kemaren udah baca sampai habis, bagus kan? " aku tak mau memutuskan pembicaraan begitu saja, mumpung kesempatan bicara pada gadis ini.
       " Eh, eng,, iya udah kok " ia menjawab cukup... gugup. Mengapa ia harus gugup? waktu lalu ia biasa saja. Jangan-jangan... hmmm... jangan-jangan ia juga suka padaku. Berjuta-juta kembang api rasanya meletup letup di kepalaku. Aku harap mukaku tidak memerah di saat seperti ini. wow, ia suka padaku???? ingin rasanya menari-nari kegirangan, namun tentu saja tak kulakukan.
" Eng,,, gimana, Mas? udah belum? " ia membuyarkan fantasi romantisme yang baru saja akan aku ciptakan.
        " Buru-buru amat ?! " kataku sambil menginput satu persatu kode buku yang ia beli.
        " eh, enggak kok.. Eng, abis mas nya ngelamun gitu "
        " Ah, masa ya? Enggak kok, biasa aja " sumpah mati aku tak bisa menahan senyumku. Ia masih terlihat kurang nyaman. Ada apa sebenarnya? Sebegitu hebatkah diriku hingga membuatnya tidak nyaman?? Lebih baik dari harapan sepertinya. Lagi-lagi aku akan memulai fantasi romantisme ketika gantungan pintu bergemerincing menandakan datangnya seseorang.
        " Udah ketemu yank bukunya?"
Bagai disambar petir yang bertubi-tubi serta suara gemuruh yang mengiringinya. Yaampun, apa yang ia katakan? Ia memanggil siapa tadi? 'Yank' ? Ahh, uhh,, aku salah dengarkah? Apa terlalu dalamnya aku berfantasi membuat telingaku sedikit salah respon?
        " Iya, ini tinggal bayar kok" ia menjawabnya. Gadis ini, si gadis bernama Ayu ini yang menjawabnya. Apa aku tak salah dengar? Duaaaarrrrrrrrr.... Hancurlah sudah fantasi-fantasi yang bahkan belum mulai aku ciptakan. Satu-satunya hal yang aku harapkan adalah agar mukaku tak memerah (lagi) dengan alasan yang berbeda. AKu tau roman mukaku berubah drastis, aku ingin bersikap biasa, tapi wajahku tak dapat dikendalikan. Ia memilih menunjukkan roman tanpa ekspresi dibandingkan harus berpura-pura ceria.
        " Semuanya 275 ribu, mbak " berhasil. Aku berhasil mengeluarkan suaraku. Yess!
        Lalu ia menyerahkan uang sejumlah yang aku sebutkan. Tersenyum aneh pelan sambil mengedikkan kepalanya sesaat. Yaampun, pantas saja dia aneh. Dia kemari bersama pacarnya.  Pacarrrrrrrrrrrrrrrrrr....
Pupuslah sudah harapan. Diriku hanyalah seorang secret admirer yang terlalu berharap.
tarik napass... hembuskan...
Tarik napas.... hembuskan...
Selama janur kuning melengkung.... Selalu ada harapan *tersenyum sinis*

Tidak ada komentar: