Senin, 21 Mei 2012

Cinderella Kepagian


Pagi ini mood saya sedang baik sepertinya. Bangung jam setengah 5 pagi, masak nasi (pake magic com dong ya),nyuci piring sisa makan semalem (tadi malem males banget soalnya), nyuci baju (tinggal cemplung ke mesin cuci), masakin anak dan suami (telor ceplok sama sarden cukup lah ya) plus mandiin dan ngasih sarapan ke si kecil. Nggak lupa mebanten juga sudah saya selesikan tepat pukul setengah delapan pagi. Ini namanya prestasi kecil buat saya yang biasanya bangun kesiangan, nggak sempet buatin sarapan apalagi tetek bengek lainnya. Paling banter juga mandiin si kecil, siap-siap ngantor trus titipin si kecil di rumah mertua deh, nanti di sana di kasih sarapan sama yang momong. Hehehe… Intinya nih hari ini saya agak beda aja.
Akhirnya setengah delapan lewat-lewat dikit berangkatlah saya ke kantor, nggak lupa nitipin si kecil dulu di rumah mertua. Memakai baju dan sepatu warisan ibu tersayang, juga jam tangan oleh-oleh dari mami mertua dengan warna senada, dengan pedenya mengendarai motor yang juga warisan dari adik lelaki saya. Hehehe, semuanya serba warisan deh, semoga dapet harta warisan juga *loh. Perjalanan yang seperti biasanya sebenarnya. Jalan-jalan yang biasa saya lewati, suasana pagi seperti biasa yang sama sekali tak jauh berbeda. Hanya saja, sesampainya saya di saerah seputaran Gajah Mada – Puputan, di sanalah saya menjadi Cinderella dadakan. Bukan karena takut ketauan si Pangeran, tapi karena si sepatu kedodoran, maka jatuhlah sepatu saya di tengah jalan. TENGAH JALAN!!! Buru-buru menghentikan motor, menyetop motor dan mobil yang akan melintas biar si “sepatu warisan” nggak kelindes. Untungnya memang masih agak sepi pagi ini. Coba aja misalnya ada pangeran gitu kek yang ngambilin sepatu saya. Kalo ada sih saya pengennya mirip-mirip sama Oppa Yoochun (pemain Hong Tae Yong di Serial Rooftop Prince). Atau nggak kayak Putra Mahkotanya Moon That Embraces The Sun. Soalnya lagi fallin in love sama oppa-oppa itu. Gini deh kalo keseringan ngelamun… Nggak salah juga kan ya, ngelamun sambil ngisi waktu luang, siapa tau jadi kenyataan. Hahaha…
Yapp… begitu saja, pengalaman saya menjadi seorang Cinderella kepagian. Hikmah pagi ini adalah, jangan pake sepatu kegedean!!! Maksa banget sih… :)

Minggu, 20 Mei 2012

Unforgettable – Tentang Cinta yang Menunggu


By : Winna Efendi


Sedikit berbeda daripada novel Winna lainnya, novel ini bisa dibilang lebih berat sederhana.
Saya bilang ‘berat’ karena tata bahasa yang digunakan dalam penulisannya beberapa tingkat lebih berat daripada karya lainnya yang sudah saya baca. Novel berjudul Remember when contohnya, bahasa yang ringan membuat saya merasa benar-benar kembali ke masa SMA, mengalami cinta meletup-letup sepertia yang ia ceritakan disana. Atau novel karyanya yang berjudul Ai, mengisahkan percintaan yang berawal dari persahabatan, bahasa yang cukup sederhana tanpa menghilangkan gaya bahasanya sendiri, cukup menyihir saya dalam latar sebagai anak pantai yang dikisahkan di dalamnya.
Namun memang sedikit berbeda dengan karyanya yang berjudul unforgettable ini. Mengambil latar di sebuah  Wine House yang bernama Muse, hanya satu latar dengan kejadian yang berulang. Itulah mengapa saya menyebutnya sederhana. Tulisan karyanya ini mengisahkan tentang pertemuan, ketertarikan namun berakhir sebelum berawal. Seperti judulnya, Tentang Cinta yang Menunggu.
Awalnya memang saya sedikit kurang tertarik karena bahasa yang terlalu ‘sastra’ dan banyak istilah asing tentang Wine yang saya kurang pahami. Maklum saja, saya bukan penggemar Wine, jadi ya sudah sewajarnya saya tak mengenal istilah dan nama yang terkait dengan minuman fermentasi semacam Wine. Cukup menarik juga bagaimana Wine yang semakin tua (semakin lama disimpan) akan memiliki rasa yang semakin baik (katanya begitu). Setelah membaca dan membaca, oh my God… saya tak pernah menyangka kenapa si Winna Efendi ini bisa membuat cerita yang begitu romantis tragis. Ah, saya sampai menangis membacanya…


Sabtu, 12 Mei 2012

Persahabatan Sebatang Rokok

Kami duduk berhadapan. Kakinya berselonjor pada kursi teras yang tampak kekecilan untuknya. Kakinya sedikit menggantung. Aku duduk memeluk lutut  beberapa langkah darinya. Kami bermain dengan pikiran kami masing-masing, setelah beberapa saat lalu berbicara tentang kehidupan. Berawal dari perbincangan bertopik ringan seputar pekerjaan dan impian, kemudian semakin memberat hingga membuat kening sedikit berkerut.
Ia mengeluarkan sebatang rokoknya, menyulutnya dan menghisapnya perlahan.
Tiba-tiba aku ingin tahu bagaimana rasanya.
"Kenapa orang suka merokok?"tanyaku
"Ya karena sudah biasa. Rokok mengandung kandungan nikotin, seperti narkoba, tapi dosisnya rendah. Bisa buat tenang" katanya.
"Coba sekali ya?"pintaku
"Ah, jangan..." ia terdiam. Melamun sebentar kemudian menyodorkan rokoknya.
Aku pernah mengarang cerita tentang "sensasi sebuah hisapan" tanpa pernah mencoba. Suatu pembuktian akan sangat baik tentunya.
Aku menghisapnya perlahan. Tentunya tanpa memasukkannnya ke paru-paruku. You know, hisap, hembuskan.. Ya semacam memberinya ruang singgah sebentar di mulutku.
Aku benar-benar hanya merasakan asap dan gosong. Itu kesimpulanku. Titik.
Ia menertawakanku yang meludah sesaat kemudian.
Kami tertawa.
Sebatang rokok sore itu, bernyanyi tentang rindu dan bermimpi tentang masa depan. Dengan sahabat dalam hidup. Terima kasih telah menjadi temanku sore itu :).
Menjadi temanku di tahun-tahun sebelumnya...

Juga tahun mendatang...



Rabu, 02 Mei 2012

Curcol-an The Lajangs

Gue cewek 24 tahun yang udah married. Sebut aja gue Bunga (Cieeee...lagu kali). Gue tipikal cewek yang easy going (terutama setelah gue nikah), santai, simple dan punya motto "it's life, nikmatin pasang surut hidup lo selagi bisa". Malem tadi gue diteponin sama om gue (masih lajang bokk,,,,). Curhat ceritanya, marah-marah sih sebenernya. Ajib gile, bukannya gimana, gue mah orangnya nyantai, mungkin karena gue udah nggak begitu punya masalah sama yang namanya relationship, udah laku gitu loh..
Nah, ini si om ceritanya rada bermasalah sama hal begitu, semacam playboy insyaf gitu. Lagi jatuh cintaaaaaaa banget sama cewek yang notabene temen gue. Usut di usut si om marah gara-gara gue ngebelain temen gue (versi dia). Padahal gue mah paling nggak suka yang namanya ikut campur urusan orang, apalagi masalah cinta-cintaan. Udah nggak ada di kamus gue yang namanya jadi mak comblang (ngurus anak sendiri aja gue udah ribet, gimana ngurus anak orang). Paling banter juga gue ngenalin ngasih kontaknya aja, selanjutnya ya gerak sendiri dong ya, udah gede gituh... Yang gue agak enggak terima gue masih dianggap anak kecil,,, gila aja cyinn,,,, umur gue boleh aja beda jauh, tapi ya kalo dari segi kedewasaan gue udah berubah sekarang *cool*
Walaupun gue baru nikah cuma 3 tahun, (ditambah pacaran 3 tahunan, enam tahun deh ya sama lakik gue) gue udah ngerasa agak dewasa dari sebelumnya. Gue udah bisalah dikit-dikit nerima kenyataan hidup yang nggak selalu semanis madu. Dan gue baru sadar kalo walaupun kita lahir sama-sama tapi nasib udah digariskan di tangan kita masing-masing. 
Intermesso dikit, gue ni kembar, dan sodara gue masih lajang. Kalo dulu ya, sebelum nikah gue ngerasa nasib kita sama gitu deh, orang apa-apa juga kita berbagi, mungkin itu juga sebabnya kita enggak terlalu egois. Habis dari kecil apa-apa selalu dikasih satu berdua sama ortu. Tapi ujung-ujungnya kita sekarang kayak langit dan bumi. Tapi sama-sama belum lengkap aja.
Back to the topic, masalah si om, yaaaaa gitu deh kayak orang baru puber gitu, cinta matiiiii iiii iiii.
hehehehe. 
Bukan cuma si om yang lagi lajang, ipar gue, cowo juga, ya lagi jomblo juga. Baru putus gitu gara-gara masalah perbedaan status di Bali. Yahh, gue nggak terlalu setuju juga sebenarnya sama pembedaan begitu, cuma ya yang namanya tradisi ya musti kita hormati kan.. Yang ini kebalikan sama si om, kakak gue ini ceritanya lagi nemuin partner baru yang jauuuuuhhhhh beda sama pacar-pacar sebelumnya. Tipe cewek yang selalu jadi pacarnya yahh yang "ayu kemayu" gitu. Pernah ni kita double date sama pacar lamanya, gue kan masih abege (blon nikah), ya gue nyante aja pake kaos n celana pendek . Ehhh,,, dateng-dateng itu cewe feminim banget, celana panjang, kaos lengen pajang (kalo ga salah), ditambah sweter yang melilit di leher, nggak lupa rambut panjang yang digerai. Sedang gue cuma nambahin scraft kotak-kotak biru hitam yang rada-rada punk. Omo... (bahasa koreanya 'ya ampun'). 
Sekarang nih, setelah putus itu dia ketemu cewek yang ya tipe mirip-mirip gue cuma lebih selenge'an lagi kayaknya (kalo dari ceritanya sih...) pas dia cerita itu gue yang malah senyum-senyum sendiri. Habis gue pertama kalinya liat orang dewasa jatuh cinta. Ternyata ya nggak jauh-jauh amat dari gaya-gaya abege, kadang nggak nyadar cerita sesuatu sampe lebih dari sekali. Yang paling keras suka nggak denger kita ngomong kalo lagi ada bbm dari si cewe.
Pas ditanya kenapa bisa suka, gue bilang sih pastinya gara-gara dia nemuin sesuatu yang beda dan bikin dia so interisting.
Hihihihih... Lucu banget curcolan dari dua sisi yang beda. 
Yang satu si kepala tiga yang ngakunya dewasa, satu lagi orang yang baru ketemu sama 'different patern'nya.
Ya pada akhirnya curcolan the lajangs itu bikin dampak yang buruk buat gue.
1) Gue telat bangun, mana pas nginep di rumah mertua lagi. Aigoooo...
2) Gue jadi ngeblog aneh-aneh gini, isinya curcolan gue semuak gilakk (kata orang gaul)


Oke para lajang, go go fighting!!!