Selasa, 25 Oktober 2011

Tanpa aku

Pagi ini agak mendung. Suasana yang sedikit berbeda dari biasanya. Aku melirik arlojiku, pukul 10.05. Bukan waktu yang tepat untuk makan makan siang, tapi aku bahkan sarapan saja belum.  Aku merapikan mejaku sedikit, dan berlalu menuju cafetaria. Aku memesan secangkir kopi untuk dibawa ke ruanganku. Sebenarnya aku kurang suka berada di sini, mengingatkan akan seseorang yang benar-benar tak aku ingin. Jam-jam begini ia biasanya kemari hanya untuk memesan kopi ataupun hanya cemilan, tak terlalu sibuk biasanya. Namun sudah beberapa hari ini ia tak muncul, entah kemana ia. Memang sedikit misterius, atau mungkin hanya perasaanku saja. Aku memang jarang keluar juga belakangan ini,mencoba menghindar juga tepatnya, walau aku benar-benar belum dapat mengenyahkan pikiranku tentangnya. Belum bukan berarti tidak bisa kan. Kami tidak cocok, mungkin memang itu alasannya. Ah, sudahlah aku benar-benar ingin melupakannya.
"Seperti biasa, satu" kataku pada pelayan."Antar ke ruangan saja" tambahku. Aku berlalu kembali menuju ruanganku. Mencoba mengingat-ingat apa yang ada di benakku sebelum aku memikirkannya. Aku benar-benar berusaha mengalihkan pikiran itu. Apakah aku harus memikirkan tentang cuaca pagi ini? atau deadline pekerjaan untuk sore ini? belakangan ini memang suasana hatiku agak mendung, ya semendung pagi ini. Terkadang aku tak sadar kalau aku sedang melamun, pikiranku kosong sekosong perasaanku. Aku menepis rintik hujan yang mulai turun membasahi lengan kemejaku sambil mempercepat langkahku. Kulihat sebuah mobil yang kukenal melesat pelan menuju pintu keluar.
'Di sini ternyata' benakku. ah, sudahlah. Memang harus dilupakan kan? Melihatnya justru akan merobohkan dinding pertahanan yang telah kubangun. Aku masih ingat bagaimana caranya tersenyum padaku saat ia butuh bantuan untuk memperbaiki laptopnya. Juga caranya tertawa bersama kawannya ketika aku menceritakan hal yang dianggapnya lucu. Tak lupa dengan pertanyaan-pertanyaan antusiasnya. Dan hal yang paling menarik adalah ketika ia merapikan rambut ke belakan telinganya.  Ingatan yang masih sangat jelas. Aku mengingatnya seperti terjadi baru kemarin.  Tapi ini rasanya begitu salah. Memang harus kuakhiri mimpi ini. Kata-kata sore itu begitu menghantamku. "Sudahi saja" begitu katanya. Aku bahkan tak dapat berucap apapun, hal yang sulit namun memang harus terjadi. 
Aku menyaksikan mobil sedan silver itu menghilang dibalik pintu keluar. Mengakhiri pertanyaan-pertanyaanku pagi itu yang telah terjawab dengan keberadaannya. Hari ini mungkin akan lebih baik dari hari lalu,   lebih tenang mengetahui ia dapat menjalani hidupnya tanpa diriku.

Tidak ada komentar: